Sabtu, 08 Oktober 2016

Botol Susu



Don’t Throw Me
Suatu hari, saya mendapatkan tugas dari guru seni saya di sekolah. Tugas ini, merupakan tugas ujian praktek akhir semester saya di kelas tiga SMP. Tugasnya adalah membuat sebuah karya seni dari barang bekas yang biasanya habis dipakai langsung dibuang. Tugas praktek ini, bukan tugas individual melainkan tugas kelompok. Ketika semua kelompok sudah terbagi, anggota kelompok kami langsung berkumpul dan mendiskusikan tentang barang bekas apa yang akan kami pakai, dan akan jadi karya seni seperti apa barang tersebut.

Ketika kami sedang berdiskusi, banyak sekali barang bekas yang ingin dijadikan sebagai bahan untuk karya seni kami. Dan masing-masing diantara kami, berbeda pendapat tentang barang yang akan  dijadikan sebagai karya seni kami tersebut. Perbedaan pendapat ini, sempat membuat konflik kecil dalam kelompok kami. Namun, konflik itu bisa kami selesaikan saat itu juga. Karna saat itu, kami memilih cara voting agar adil dalam memutuskan barang apa yang akan kami pakai nantinya.

Setelah voting, kami setuju untuk menggunakan kaleng bekas sebagai bahan untuk karya seni kami. keesokan harinya, kami pergi untuk mencari beberapa kaleng bekas dan barang tambahan lainnya yang kami perlukan. Ketika semua bahan terkumpul, kami langsung membagi tugas masing-masing. Dan masing-masing diantara kami, bekerja keras dan berfikir keras agar karya seni yang kami buat menjadi karya seni yang terbaik dari semua karya seni yang ada di sekolah kami. tidak lupa kami menghadirkan canda tawa ketika mengerjakannya, agar kerjasama di kelopmpok kami bisa terbangun.

Namun ternyata, karya seni yang kami buat juga dibuat oleh beberapa kelompok. Secara tidak langsung, kabar ini langsung membuat kami patah semangat. Pada saat itu, kami pasrah dan ikhlas kalau karya seni kami bukanlah karya seni yang terbaik dan kami tidak mendapatkan nilai yang terbaik. Dan seketika itu juga, salah satu dari anggota kami tidak ingin perjuangannya sia-sia dan masih tetap ingin menjadi yang terbaik. Karna semangatnya yang begitu besar, membuat semangat kelompok kami bangkit kembali, bahkan lebih bersemangat dari yang sebelumnya.

Saat itu juga, kami langsung berkumpul dan mendiskusikan kembali barang yang akan kami gunakan. Kami mendiskusikannya dengan hati-hati agar, karya yang akan kami buat selanjutnya menjadi karya yang benar-benar terbaik dari yang lainnya. Karna kegagalan yang pernah kami alami sebelumnya, setiap pendapat yang disampaikan langsung disaring dan dibayangkan bagaimana hasilnya nanti . hali ini karena, kami tidak ingin kembali gagal. Kami tahu, gagal itu wajar. Namun waktu yang ditentukan untuk memasukkan nilai sudah dekat, sehingga kami tidak punya waktu lagi untuk gagal.

Setelah beberapa lama kami berdiskusi, kami setuju dengan satu ide. Kami berharap ide ini menjadi ide yang terbaik. Idenya adalah dengan menggunakan kain dan kardus bekas sebagai bahannya. Namun, ketika kami sedang mencari bahannya, ternyata kardus bekas susah dicari karna setiap toko sudah menjual kardus bekasnya kepada pemulung. Dan akhirnya, kami membatalkan kardus bekas sebagai bahan untuk membuat karya seni kami.

Setelah kelelahan mencari kardus bekas dari toko ke toko lainnya, kami memutuskan untuk beristirahat sebentar. Kami beristirahat di sebuah toko sembako yang lumayan besar. Karna lelah dan haus masing-masing diantara kami ada yang membeli air mineral, minuman bersoda, minuman dingin, dan susu.Minuman yang kami beli langsung habis seketika, karna rasa haus yang sebenarnya sudah lama kami rasakan. Dan ketika minuman itu habis kami merasakan segar dan dapat berfikir jernih kembali.

Tiba-tiba salah satu dari anggota kami, termenung sambil memegang botol susu miliknya seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius. Hal itu membuat kami heran dan penasaran, dengan segera kami memanggilnya dan menyadarkannya. Ketika dia sadar, dia tersenyum dan mengatakan bahwa dia telah mendapatkan ide yang cemerlang. Mendengar hal itu, secara spontan kami langsung menanyakan ide yang didapatkannya. Dengan penuh semangat, dia mengatakan bahwa idenya adalah dengan menggunakan botol susu sebagai bahan untuk membuat karya seni.

Awalnya kami tidak setuju namun, melihat semangatnya dan mendengar penjelasannya yang sangat menarik, membuat kami setuju dengan idenya. Dengan segera, kami mencari botol susu disetiap tong sampah dan parit yang kami lalui. Setelah semua bahannya terkumpul, kami mendiskusikan kembali bentuk dan hasil yang akan menjadi karya seni kami nanti. Dari diskusi tersebut kami mendapatkan ide yang lebih bagus lagi, yaitu membuat “boneka penguin berlampu dari botol susu bekas”.

Dengan penuh semangat, kami langsung membagi tugas masing-masing dan saling bekerja sama. tidak lupa kami menghadirkan canda tawa disetiap pekerjaan kami. sampai akhirnya sebuah karya seni terbaik dapat kami ciptakan. Dan kami sangat senang karna karya kami dihargai dengan nilai yang memuaskan. Lebih lagi, karya kami dimasukkan ke dalam lemari dimana semua karya terbaik siswa-siswi ada didalamnya. Kami sangat bangga dengan karya kami, dan kami ingin terus membuat karya seni terbaik lainnya.


“Botol susu bukan Cuma berharga ketika ia diisi dengan susu, but when  it does not has anything, the bottle keep valuable”.

Keep enjoy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar